Kualitas Air Kolam Koi
Memelihara koi sesungguhnya adalah bagaimana menjaga kualitas air kolam koi. Mengapa demikian? Sebab koi hidupnya di dalam air. Oleh karena itu, kondisi air sangatlah penting untuk dijaga mutunya agar koi dapat hidup sehat dan tumbuh dengan baik.
Hampir semua permasalahan yang terjadi terhadap kesehatan koi adalah karena rendahnya kualitas air kolam. Air kolam yang berkualitas rendah, tentu membuat koi merasa tidak nyaman atau bahkan sangat membahayakan kehidupannya.
Jika koi berada dalam kondisi yang tidak nyaman, maka membuat koi menjadi stress dan mudah sekali terserang berbagai macam penyakit.
Oleh sebab itulah kunci keberhasilan dalam merawat koi adalah bagaimana menjaga mutu air agar selalu dalam keadaan baik sesuai yang diinginkan koi.
Apakah benar adanya mitos bahwa air yang bening adalah baik untuk koi? Tidak selalu demikian, sebab air yang bening bukanlah ukuran.
Pertanyaan selanjutnya adalah apa dan bagaimana mengukur kualitas air yang baik bagi koi?
Berikut ini adalah informasi tentang kandungan kimia yang terdapat di dalam air kolam beserta parameter yang diperlukan untuk memenuhi standar kualitas air kolam.
1. AMMONIA
Ammonia (NH3) adalah zat yang paling berbahaya bagi koi jika terlarut di dalam air kolam dengan kadar melampaui batas. Ammonia merupakan senyawa kimia yang terdapat pada kotoran dan urin koi yang dikeluarkan melalui anus. Selain itu. Ammonia juga di lepas melalui insang sebagai kotoran dari hasil pencernaan protein.
Idealnya, kandungan zat Ammonia di dalam air adalah nol, artinya sama sekali tidak ada zat Ammonia di dalam air kolam. Kondisi ini bisa saja terjadi jika Koi sama sekali tidak mengeluarkan kotoran yang mencemari air kolam. Namun demikian, sebagai makhluk hidup, koi tentu perlu makanan bagi pertumbuhannya. Makanan akan diproses oleh organ pencernaan koi untuk diserap nutrisi yang dibutuhkan, dan sisanya akan dibuang menjadi kotoran.
Dengan demikian, dalam kondisi normal, zat Ammonia yang larut dalam air tentu tak bisa dihindari, namun harus diupayakan agar kadarnya tetap rendah yaitu dibawah 0.1 ppm. (parts per million). Kadar Ammonia yang larut dalam air kolam melebihi 0,1 ppm dapat meracuni koi. Untuk itulah maka sangat perlu dibangun sistem filter yang baik untuk kolam koi agar kualitas air tetap terjaga.
2. pH
pH (potensial/power Hidrogen) adalah parameter untuk menunjukkan derajat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan yang diukur dalam skala antara 0 (sangat asam) sampai dengan 14 (sangat basa).
Koi dapat hidup normal di dalam air dengan pH 5,5 – 8,5. Namun demikian, kondisi pH air yang terlalu tinggi dapat menimbulkan efek zat Ammonia semakin beracun terhadap koi. Sebagai contoh jika pada pH dibawah 7, maka koi masih dapat bertoleransi dengan kadar Ammonia pada level 1 ppm. Namun pada pH diatas 8, maka kadar Ammonia yang hanya 0,1 ppm dapat membahayakan keselamatan koi.
3. TEMPERATUR
Temperatur atau suhu air kolam, juga mempengaruhi kehidupan koi. Temperatur ideal berkisar antara 20° C – 25° C. Namun demikian, koi masih bertahan hidup pada temperatur antara 2°C – 38°C.
Temperatur air kolam pada umumnya akan mengikuti kondisi lingkungannya. Perubahan temperatur air tergantung besarnya volume air kolam. Pada kolam terbuka (outdoor pond) mudah terjadi perubahan temperatur. Intensitas sinar matahari di siang hari dapat meningkatkan temperatur air meningkat secara signifikan dan pada malam hari, temperatur akan menurun lebih besar, jika dibandingkan dengan kolam tertutup (indoor pond). Pada musim kemarau, temperatur air cenderung hangat dan pada musim penghujan, suhu air kolam rata-rata lebih rendah.
Khususnya untuk daerah subtropis, yang mana terjadi 4 musim, maka pada musim dingin, maka nafsu makan koi akan jauh berkurang. Disisi lain, jika temperatur air cenderung rendah, maka proses metabolisme di dalam tubuh koi menurun, sehingga koi tidak memerlukan banyak makanan.
Tingkat racun Ammonia akan meningkat seiring dengan meningkatnya temperatur dan jumlah Oksigen terlarut di dalam air menurun. Walaupun koi dapat bertahan sampai pada batas 38° C atau lebih tinggi, namun tingkat kematian koi juga semakin tinggi.
Untuk temperature dibawah 12 ° C, koi berhenti memproduksi antibodi dan pada suhu sekitar 7 °C, koi memasuki area yang setara dengan hibernasi. Bio-converter akan berhenti bereproduksi pada suhu 5 °C.
Oleh karena itu, maka pemberian pakan koi hendaknya disesuaikan dengan temperatur air kolam sebagai berikut :
– Temperatur di bawah 10 °C : Jangan diberi pakan
– Temperatur antara 10 °C – 15 °C : 2 – 4 kali seminggu
– Temperatur antara 15 °C – 30 °C : 2 – 4 kali sehari
– Temperatur diatas 30 ° C : Jangan diberi pakan
4. NITRIT
Nitrit (NO2-N) adalah senyawa kimia yang dihasilkan ketika Ammonia telah diurai oleh bakteri nitrifikasi. Lebih jelasnya, dapat diamati dari Siklus Nitrogen (Bio Converter) yang terjadi di dalam air kolam.
Nitrit adalah termasuk zat yang memiliki tingkat beracun yang tinggi terhadap koi setelah Ammonia. Nitrit tidak terdeteksi di dalam kolam yang memiliki bio-converter sempurna. Kondisi ideal untuk kadar Nitrit di dalam air kolam adalah nol, namun demikian dapat ditolerir jika kadarnya masih dibawah 0,25 ppm.
Kandungan Nitrit yang rendah, sedangkan tingkat Amonia tinggi menunjukkan bahwa proses Amonia-Nitrite bio-converter belum berjalan dengan sempurna. Namun jika tingkat Ammonia rendah dengan kandungan Nitrit yang tinggi, berarti bakteri pengkonversi Nitrit ke Nitrat belum aktif bekerja.
Nitrit dihasilkan dari bakteri authotrophic Nitrosomonas yang menggabungkan Oksigen dan Amonia di dalam proses bio-converter.
Sama halnya dengan Ammonia, kandungan Nitrit dapat meningkat secara drastis di dalam bio-converter sampai bakteri berkembang dan dapat menerima tambahan material Nitrit baru. Hal ini dapat terjadi oleh karena adanya banyaknya penambahan ikan baru di kolam atau terjadi ketika musim panas di mana suhu meningkat.
Meningkatnya aktivitas ikan oleh karena naiknya temperatur dapat meningkatkan kadar Nitrit lebih cepat karena reaksi bakteri yang lambat. Nitrit dapat mengakibatkan kematian, khususnya pada koi kecil, walaupun pada konsentrasi di bawah 0.25 ppm. Nitrit merusak sistem syaraf, hati, limpa, dan ginjal koi.
5. NITRAT
Nitrat (NO3-N), adalah senyawa kimia ketiga yang tidak terlalu berbahaya bagi koi jika dibandingkan dengan Ammonia atau Nitrit. Nitrat diproduksi oleh bakteri authotropic yang mengkombinasikan oksigen dengan Nitrit di dalam proses bio-converter.
Idealnya, kadar Nitrat dan Nitrit adalah nol. Jika terjadi kadar Nitrat adalah nol sedangkan masih terdapat kadar Nitrit di dalam air kolam maka hal ini menunjukkan bahwa bakteri pengkonversi Nitrit-Nitrat belum bekerja secara efektif.
Pada sebuah kolam yang telah matang (mature) dengan perawatan rutin termasuk penggantian air kolam maks. 20 % setiap 2 atau 4 minggu, pada umumnya memiliki kandungan Nitrat sekitar 50 – 100 ppm. Konsentrasi Nitrate sampai 200 ppm masih dapat diterima.
Tingginya kandungan Nitrat dapat memacu pertumbuhan algae penyebab air hijau. Oleh sebab itu, meski nitrat tidak berbahaya bagi koi, namun jika kadarnya melebih 100 ppm, maka kondisi air kolam tidak bisa tampil jernih (bening) atau bahkan berwarna kehijauan. Untuk mengurangi tingginya kadar nitrat di dalam air kolam dapat dilakukan dengan cara mengganti air kolam dengan air baru secara periodik.
6. HARDNESS (GH dan KH)
GH, General Hardness, adalah merupakan ukuran untuk kapasitas buffering air dalam artian kapasitas buffering unit karbonat. GH adalah merupakan suatu angka, yang merupakan kombinasi dari hardness (kandungan mineral antara lain Kalsium dan Magnesium) dan aktifitas Karbonat.
KH, Kabonat Hardness adalah merupakan GH dengan pengurangan mineral terkandung dan hanya meninggalkan Karbonat. Untuk meningkatkan hardness dapat mempergunakan CaCl, yang terkandung pada kulit kerang. Dengan peningkatan hardness dapat membantu koi untuk proses osmoregulasi dan dengan demikian mengurangi kemungkinan stress.
Kadar GH dan KH masih dapat diterima untuk koi adalah 100 ppm. Jika diatas level tersebut dapat menyebabkan bercak bercak hitam pada tubuh koi (shimmies)
Terkait dengan ini, biasanya digunakan istilah TDS (Total Disolved Solids) untuk mengukur kadar KH, GH, kotoran ikan , sisa makanan dan berbagai kandungan zat kimia dalam air. TDS seringkali digunakan sebagai parameter terutama untuk menilai kualitas air kolam dalam rangka budidaya koi. Semakin rendah kadar TDS air kolam, maka dipercaya dapat menunjang tingkat pertumbuhan koi.
Sebagai informasi data TDS pada beberapa koi farm di Jepang sbb :
– Wakabayashi 65 – 78 ppm
– Takumi 76 – 85 ppm
– Takigawa 105 – 108 ppm
– Imai 35 – 48 ppm,
– Inoue 35 – 48 ppm
– Momotaro 75 – 85 ppm.
7. DISSOLVED OXYGEN (DO)
Adalah tentang oksigen yang terlarut di dalam air kolam. Masalah ini timbul pada musim panas atau suhu udara tinggi, yang berakibat pada meningkatnya temperatur air dan pertumbuhan lumut. Dengan ukuran koi yang semakin besar, maka juga akan membutuhkan oksigen yang semakin banyak. Rendahnya tingkat oksigen terlarut dalam air akan membuat koi stress dan dapat membunuh koi yang berukuran besar.
Pada temperatur air yang rendah, maka air akan lebih mudah mengikat udara oksigen sehingga meningkatkan kadar oksigen terlarut. Tanaman dan lumut mengkonsumsi oksigen pada malam hari dan melepaskannya kembali pada siang hari. Rentang waktu dimana tingkat oksigen akan mencapai titik terendah dalam kolam adalah pada waktu pagi hari.
Jika populasi koi terlalu padat, sedangkan suhu air juga tinggi, maka diperlukan tambahan aerasi pada air kolam untuk menjaga ketersediaan oksigen yang cukup.
DO yang ideal
Tingkat oksigen terlarut yang ideal bagi koi antara 7 – 8 ppm Level DO dibawah ini secara temporer tidak terlalu masalah sepanjang tingkat pH, ammonia dan nitrit masih aman.
Namun tingkat DO yang secara berkesinambungan di bawah 8 ppm akan dapat menyebabkan masalah serius pada Koi. Koi masih dapat bertahan hidup beberapa hari pada level DO 5 ppm, namun jika turun ke level 3 ppm akan menyebabkan Koi mengalami kekurangan oksigen atau hyporexia.
Dalam kondisi darurat, pemberian lautan 3% hydrogen peroxida dengan cara dilarutkan/disemprotkan kedalam kolam akan dapat membantu peningkatan kadar oksigen yang terlarut dalam air. Jangan memberikan larutan ini terlalu dekat dengan ikan karena akan berbahaya bagi insang koi. Kondisi ini hanya untuk keperluan darurat jika tidak dapat menyediakan tabung gas oksigen atau aerator yang portable.
Cara lainnya untuk member pertolongan pertama bagi koi yang kekurangan oksigen adalah menempatkannya pada air dengan temperatur rendah atau dengan cara meletakkan es batu ke dalam air untuk mempercepat penurunan temperatur. Air dengan temperatur lebih rendah akan mempercepat oksigen terlarut di dalam air.
Demikianlah informasi tentang kualitas air untuk kolam koi, semoga bermanfaat..
Penulis : Doni Bastian