Pernahkah anda menemukan ikan koi kesayangan anda berperut sangat buncit, padahal ikan tersebut tidak sedang “hamil” atau bahkan berkelamin jantan, dan bukan pula kelompok ikan berperut buncit ?. Bila ditemukan gejala seperti itu pada ikan anda dan diyakini merupakan penyimpangan dari penampakan normalnya, kemungkinan besar ikan tersebut terkena gejala Dropsy.
Dropsy merupakan gejala dari suatu penyakit bukan penyakit itu sendiri. Gejala dropsy ditandai dengan terjadinya pembengkakan pada rongga tubuh ikan. Pembengkakan tersebut sering menyebabkan sirip ikan berdiri sehingga penampakannya akan menyerupai buah pinus.
Pembengkakan terjadi sebagai akibat berakumulasinya cairan, atau lendir dalam rongga tubuh. Gejala ini kerap disertai dengan gejala malas bergerak, gangguan pernapasan, dan atau warna kulit pucat kemerahan.
Penyebab
Merupakan akibat dari infeksi virus, bakteri aeromonas, myobakteri, atau parasit seperti Hexamita. Kondisi air kolam yang tidak bagus (seperti akibat terjadinya akumulasi nitrogen) dapat memicu terjadinya gejala dropsy. Secara alamiah bakteri penyebab dropsy kerap dijumpai dalam lingkungan kolam, tetapi biasanya dalam jumlah normal dan terkendali.
Perubahan bakteri ini menjadi patogen, bisa terjadi karena akibat masalah osmoregulator pada ikan, atau karena hal-hal seperti :
- kondisi lingkungan kolam yang memburuk
- menurunnya fungsi kekebalan tubuh ikan
- malnutrisi atau
- karena faktor genetik.
Infeksi utama biasanya terjadi melalui mulut, yaitu ikan koi secara sengaja atau tidak memakan kotoran ikan lain yang terkontaminasi patogen atau akibat kanibalisme terhadap ikan lain yang terinfeksi.
Tiga tingkatan penyakit yang mungkin terjadi adalah:
Akut :
Infeksi terjadi dengan cepat sehingga ikan mati tanpa menunjukkan gejala yang jelas.
Kronis :
Infeksi terjadi secara perlahan secara sistemik dan menujukkan berbagai gejala yaitu pembengkakan rongga tubuh, yang bisa disertai dengan ulcer dan atau exophthalmia.
Laten :
Infeksi terjadi sangat lemah sehingga ikan tampak tidak menunjukkan gejala penyakit, tetapi berpotensial sebagai pembawa (carrier).
Pencegahan dan Pengobatan
Pastikan bahwa kondisi air kolam selalu dalam kondisi prima (optimal), dan hindari jangan sampai ikan stres. Ikan yang sakit harus segera diisolasi dan dirawat secara optimal.
Perendaman secara kontinyu dalam jangka panjang dengan anti bakteri internal dalam beberapa kasus bisa efektif. Meskipun demikian, apabila ikan tidak respon, pengobatan bisa dilakukan melalui pakan (dicampur dengan pakan), sebagai contoh:
Oxytetracycline atau Chloramphenicol dapat diberikan dengan dosis 55 mg/kg berat ikan koi perhari, selama 10 hari;
Sulphamerazine dengan dosis 265 mg/kg berat badan selama tiga hari.